Reposting…
RENUNGAN UNTUK PARA PENGEMBAN MABDA ISLAM, Mabda atau ideologi adalah aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan. Mabda mencakup dua bagian, yaitu fikrah dan thariqah. Fikrah yaitu akidah dan berbagai pemecahan masalah hidup. Sedangkan thariqah adalah penjelasan tentang cara pelaksanaan, pemeliharaan akidah, dan penyebaran risalah dakwah.
(baca disini dan disini tentang definisi mabda)
Sudah lelahkah wahai kawan atas perjuangan ini..?
Mungkin jadwal dakwah yang padat itu membuatmu lemah?
Atau tak pernah punya waktu istirahat di akhir pekan yang kau gusarkan, karena harus terus BERGERAK berdakwah?
Atau pusingnya fikiranmu mempersiapkan acara-acara Dakwah yang membuatmu ingin terpejam?
Atau panasnya aspal jalanan saat kau melakukan aksi yang ingin membuatmu “rehat sejenak”?
Atau sulitnya mencari orang yang ingin kau ajak HIJRAH, ini yang kau risaukan?
Atau karena seringnya kehidupan sekitar kita meminta infak2mu yang membuatmu ingin menjauh?
Dakwah kita hari ini hanya sebatas ‘itu’ saja kawan.
Bukan ingin melemahkan tapi izinkan saya mengajakmu merenung sejenak.
Tahukah engkau wahai kawan, siapa Umar bin Abdul Azis?? Tubuhnya hancur dalam rangka 2 tahun masa memimpinnya.
2 tahun kawan, cuma 2 tahun memimpin tubuhnya yang perkasa bisa rontok, kemudian sakit lalu syahid.
Sulit membayangkan sekeras apa sang khalifah bekerja, tapi salah satu pencapainya adalah;
saat itu umat kebingungan siapa yang harus diberi zakat.
Tak ada lagi orang miskin yang layak diberi infaq.
Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.
Tapi Syekh Musthafa Masyhur mengatakan
“jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang tapi adalah jalan yang paling aman untuk mencapai ridho-Nya.”
Ya kawan, jalan ini yang akan menuntun kita kepada ridho-Nya.
Saat Allah ridho.
Maka apalagi yang kita risaukan?
Saat Allah ridho, semuanya akan jauh lebih indah, karena surga akan mudah kita rasa, insyaAllah.
Rasulullah begitu berat dakwahnya.
Harus bertentangan dengan banyak kabilah dari keluarga besarnya.
Mush’ab bin Umair harus rela meninggalkan ibunya.
Salman harus rela meninggalkan seluruh yang dia kumpulkan di Mekkah untuk hijrah.
Asma’ binti Abu Bakar rela menaiki tebing yang terjal dalam kondisi hamil untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya dan Rasulullah.
Hanzholah segera menyambut seruan jihad saat bermalam pertama dengan istrinya.
Ka’ab bin Malik menolak dengan tegas suaka Raja Ghassan saat ia dikucilkan.
Bilal, Ammar, keluarga Yasir, mereka kenyang dengan siksaan dari para kafir.
Abu Dzar habis dipukuli karena meneriakkan kalimat tauhid di pasar.
Ali mampu berlari 400 KM guna berhijrah di gurun hanya sendirian.
Usman rela menginfakkan 1000 unta penuh makanan untuk perang Tabuk.
Abu Bakar hanya meninggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk keluarganya.
Umar nekat berhijrah secara terang terangan.
Huzaifah berani mengambil tantangan untuk menjadi intel di kandang musuh.
Thalhah siap menjadi pagar hidup Rasul di Uhud, hingga 70 tombak mengenai tubuhnya.
Zubair bin Awwan adalah hawariinya Rasul.
Al Khansa’ merelakan anak2nya yang masih kecil untuk berjihad.
Nusaibah yang walaupun dia wanita tapi tak takut turun ke medan perang.
Khadijah sang cintanya rasul siap memberikan seluruh harta dan jiwanya untuk islam, siap
menenangkan sang suami di kala susah, benar2 istri shalihah.
Atau mari kita bicara tentang
📌Musa…mulutnya
gagap tapi dakwahnya tak pernah pudar.
Ummatnya seburuk-buruknya ummat, tapi proses menyeru tak pernah berhenti.
📌atau Nuh, 900 tahun menyeru hanya mendapat pengikut beberapa orang saja, bahkan anaknya tak mengimaninya.
📌Ibrahim yang dibakar Namrud, Syu’aib yang
menderita sakit berkepanjangan tapi tetap menyeru.
📌Ismail yang rela disembelih ayahnya karena ini perintah Allah…
Deretan sejarah di atas adalah SEBAIK-BAIKnya guru dalam kehidupan kita.
Sekarang beranikah kita masih menyombongkan diri bersama jalan dakwah yang kita lakukan saat ini, mengatakan lelah padahal belum banyak melakukan apa-apa.
Bahkan terkadang, kita datang menyeru dengan keterpaksaan, berat hati kita, terkadang menolak amanah (untuk menjadi TELADAN)
Kawan, dakwah kita hari ini hanya sebatas “itu2” saja.
Bukan untuk melemahkan, tapi menguatkan karena ternyata yang kita lakukan belum apa2.
Hidupku adalah hari ini, bukan hari kemarin ataupun esok.
Aku akan BERBUAT SEMAKSIMAL MUNGKIN
Demi mencapai keridhoan Allah SWT.

Sudah menjadi ketetapan ilahi bahwa ketika Allah memenangkan kaum muslimin, maka syariat-Nya akan tegak secara kaffah. Persatuan dan kekuatan umat Islam akan terbentuk dengan sempurna, lalu mereka bisa leluasa mengamalkan syariat Allah tanpa ada rasa takut terhadap siapapun. Orang-orang kafir tidak berani menghalangi umat Islam untuk mengamalkan syariatnya. Bahkan mereka menjadi putus asa ketika kekuatannya tidak mampu lagi meruntuhkan kejayaan Islam.
Beginilah kondisi ideal yang diinginkan Allah Ta’ala ketika Dia hendak mengutus Rasul-Nya Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu tegaknya syariat Allah secara kaffah di muka bumi ini. Gambaran kondisi ini diterangkan oleh Allah ta’ala secara jelas dalam ayat terakhir yang diturunkan kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam. Firman-Nya:
الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“..Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3)
Kemenangan itu merupakan janji Allah yang pasti dicapai oleh orang mukmin. Banyak sekali dalil yang menjelaskan tentang itu. Dari sekian banyak ayat alquran, kemenangan dan umat Islam selalu disebutkan secara beriringan. Seolah-olah keduanya memang memiliki ikatan yang kuat. Di antara ayat-ayat tersebut adalah:
وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ * إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ * وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ
“Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul,(yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan.Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” (QS. Ash-Shaffat: 171-173)
Para tantara Allah pasti akan memenangkan pertempuran. Mereka adalah hamba yang selalu istiqamah dalam perjuangan. Seluruh aktivitasnya diperuntukkan hanya untuk membela agama Allah. Sebab itu, Allah pun menurunkan pertolongan kepada mereka.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad; 7)
Dalam ayat yang lain, Allah mengingatkan bahwa kekuasaan di bumi ini diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Terkadang ia berada di tangan orang-orang mukmin, terkadang pula direbut oleh orang-orang kafir. Namun pada akhirnya, akan dimiliki kembali oleh orang-orang yang bertaqwa.
قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا إِنَّ الأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Musa berkata kepada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A’raf; 128)
Maknanya adalah Allah akan menggilirkan kekuasaan tersebut kepada manusia, terkadang yang berkuasa berada di tangan orang-orang beriman dan terkadang pula berada di tangan orang kafir. Dalam istilah para ulama, ketetapan ini disebut dengan sunnah mudawwalah, yaitu sebuah ketetapan Allah dalam menggilirkan kekuasaan di antara manusia.

Janji Rasulullah saw. untuk akhir zaman
Untuk umat Rasulullah di akhir zaman, sangat banyak janji Rasulullah yang dapat dibaca dalam hadis-hadis. Beliau telah berkata bahwa Islam akan bangkit untuk kedua kalinya (yang pertama di zaman baginda) di akhir zaman dan kebangkitan itu akan dimulai dari sebelah timur.
Rasulullah saw. bersabda: “Kalaulah tiada lagi sisa umur dunia ini kecuali satu hari saja niscaya Allah akan memanjangkan hari itu hingga diutus ke dunia ini seorang lelaki dari keturunanku atau keluargaku, namanya menyerupai namaku dan nama bapaknya menyerupai nama bapakku. Dia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan seksama sebagaimana sebelumnya dipenuhi oleh kezaliman dan kejahatan.” (HR. Abu Daud dan At Tirmizi)
Juga sabda beliau: “Akan keluar dari sulbi ini (Sayidina Ali) seorang pemuda yang akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan seksama. Maka apabila kamu ingin melihatnya, maka wajiblah kamu bersama dengan Putera Bani Tamim, sesungguhnya dia datang dari sebelah timur dan dialah pemegang panji-panji Al Mahdi.” (HR. At Thabrani)
Dari Tsauban ra. katanya Rasulullah saw. bersabda, “Panji-panji Hitam akan datang dari arah timur, hati mereka bagaikan kepingan-kepingan besi. Siapa yang mendengar mengenai mereka, datangilah mereka walaupun terpaksa merangkak di atas salji.” (HR. Ibnu Majah, Al Hakim, Ahmad, Al Hafiz Abu Nuaim)
Jelas dalam hadis-hadis ini Rasulullah menjanjikan bahwa di akhir zaman Islam akan bangkit kembali dari arah timur dengan dipimpin oleh seorang keturunan Baginda saw. yang bergelar Imam Mahdi. Nama aslinya adalah Muhammad bin Abdullah, persis seperti nama Baginda saw. Dan jika kita ingin menyertainya, kita harus bersama dengan seorang yang bergelar Putra Bani Tamim yang datang dari timur meskipun terpaksa menempuh kesukaran (“merangkak di atas salju”). Putera Bani Tamim ini membawa panji-panji hitam (bendera pasukan Islam di masa Rasulullah saw.), yaitu sebuah perlambang bahwa dia akan membawa sebuah sistem hidup yang mencontoh sistem hidup Rasulullah saw. dalam segala aspek.
Rasulullah saw. dalam hadis-hadis lain juga menceritakan bahwa Imam Mahdi adalah seorang yang bertaraf khalifah. Kemunculan beliau akan terjadi setelah orang-orang dari timur (Putra Bani Tamim dan para pengikutnya) mempersiapkan tapak pemerintahannya.
Hadis-hadis tentang Imam Mahdi dan Putera Bani Tamim ini banyak dan lebih kurang 20 di antaranya berderajat shahih sehingga mencapai taraf mutawatir maknawi. Tentunya ini menjadi berita gembira bagi kita bahwa agama ini akan mencapai kejayaan untuk kedua kalinya dengan pemimpin dan para pejuang yang telah dijanjikan oleh Rasulullah saw
Renungan bagi diriku…
Semoga bermanfaat juga untukmu kawan. insya allah
Discussion about this post